Pernahkah terpikir kapankah tali diciptakan?

Ternyata benda sederhana yang selalu berguna menyertai kehidupan keseharian kita memiliki kisah sejarah yang panjang. Bangsa Mesir kuno diperkirakan sebagai yang pertama mengembangkan pembuatan tali dengan menggunakan alat ‘ spindle ,’ sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Di masa itu tali dibuat dengan menggunakan serat-serat dari rumput, bulu hewan dan tumbuhan air.

Jika ditarik lagi mundur ke belakang, maka sejarah pembuatan tali (tanpa alat) bahkan tercatat sejak 17.000 SM yang menggunakan bahan tumbuhan, pohon kurma, linen, rerumputan, kulit binatang, ataupun bulu binatang. Ini terbukti dengan ditemukannya fosil pada cetakan tanah liat bakar yang ditemukan di benua Eropa.

Pada 2800 SM, tali yang terbuat dari rami mulai digunakan di wilayah Cina. Dari situ, teknik-teknik pembuatan tali kemudian mulai menyebar ke seluruh Asia, India, dan Eropa. Pola simpul temali tercatat mulai dikenal dalam kerajinan tangan di masa Kekaisaran Romawi. Lalu, di abad ke-3  dan ke-4 pola simpul ini terlihat pada seni mozaik pada lantai.

Simpul-simpul ini lalu dikembangkan dan digunakan sebagai hiasan oleh bangsa Celtic kuno. Inilah asal muasal penamaan Celtic Knots . Pola ini kemudian muncul pada dekorasi monumen dan manuskrip gereja, seperti Kitab Kells, Injil St Teilo abad ke-8, Injil Lindisfarne, selain juga banyak digunakan sebagai pola lantai mozaik serta muncul dalam arsitektur Bizantium, seni Celtic, seni Koptik, dan seni Islam, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Simpul Celtic terdiri dari loop yang tidak terputus, tanpa awal dan juga tanpa akhir. Simpul ini melambangkan keabadian, ikatan yang tak terpatahkan, dan hubungan abadi  yang tak putus inilah yang kemudian dijadikan simbol cinta yang dikenal dengan Knot of Love . Cinta yang abadi, begitulah kira-kira pesan yang disimpan di dalam bentuk simpul ini.

Filosofi dan sejarah unik di balik simpul seutas tali inilah yang kemudian menjadi inspirasi perancang busana senior Sebastian Gunawan dalam membuat desain 7 pasang cincin pertunangan/pernikahan yang khusus dikreasikannya saat diajak berkolaborasi oleh Frank & co.

Sebastian mengungkapkan, setiap pasangan memiliki keunikan tersendiri, baik dari cara menjalin tali kasih hingga cara menguraikan perbedaan untuk bisa bersama mencapai ikatan cinta dan komitmen mendalam. Itu sebabnya bukti ikatan cinta tiap pasangan dituangkannya ke dalam 7 desain cincin pernikahan di dalam seri Love Knot .  "Kami meyakini, koleksi ini merupakan pilihan tepat bagi para pasangan yang percaya bahwa rasa cinta mereka akan terikat selamanya," kata Sebastian.

Cincin pernikahan seri Love Knot dicirikan dengan bentukan seutas tali tambang atau pun simpul tali yang hadir dalam beberapa pilihan material. Ada yang dibuat dari white gold , ada yang dari yellow gold dan ada juga yang mengkombinasikan kedua logam mulia tersebut. Dari 7 desain cincin pernikahan atau cincin pertunangan yang dikreasikan Sebastian Gunawan, ada beberapa pilihan yang tidak berhiaskan berlian, tetapi bisa dibilang hampir seluruhnya dihiasi berlian berwarna F dengan clarity VVS,  hal ini tidak lepas dari standar perhiasan keluaran Frank & co. sejak didirikannya 24 tahun lalu.

Kembali ke sejarah pembuatan tali, di sekitar abad 13-18, industri tali berkembang seiring pesat berkembangnya industri pelayaran di Eropa. Produsen pembuatan tali membuat ropewalk alias bangunan beratap panjang (bisa sampai 400 meter bahkan 760 meter panjang bangunannya). Ropewalk adalah  tempat memproduksi tali-tali tambang yang kokoh yang dibuat dengan memelintir dan menarik dengan menggunakan tenaga sekelompok manusia yang harus menariknya sepanjang ropewalk tersebut.

Teknik pembuatan tali berkembang, di awal abad 19  tali mulai dibuat dengan menggunakan mesin pengepang otomatis dan semakin dikembangkan hingga kini menggunakan mesin modern. Walau pembuatan tali telah berubah dari masa ke masa, simpul cinta dan makna keabadian di dalamnya tidak pernah berubah dan tidak pernah silam. Love Knot .